Menyebrang ke Negara Tetangga

Seminggu yang lalu, 24 Oktober 2015 aku mendadak berkesempatan mengunjungi Negara tetangga, Singapura. Berbekal nekat, paspor dan satu ransel baju ganti, hari sabtu siang aku menginjakkan kaki pertama kali di Batam. Gak usah takut bepergian sendiri, selalu aja ada kejutan! Selama terbang dari Semarang transit di CGK/SOekarno hatta airport, aku dapet temen baru. namanya Syifa. Jadi gak bosen selama 2 jam an.

Kenapa transit di Batam dulu, tidak langsung Singapura?

Sebenernya akan lebih murah dan efisien jika beli tiket ke Changi, Singapura langsung. Karena harga tiket Semarang-Batam rata-rata lebih dari 700ribu dan masih harus beli tiket fast ferry dari Batam ke SG. Tapi karena sponsor utamaku (Abah) hari sabtu masih bekerja di Batam, Aku jalan-jalan dulu aja lah di Batam. Itung-itung bisa ngerasain naik fast ferry 😀

Sabtu pukul 11.30 wib, tepat ketika pesawat landing, batam sedang diguyur hujan deras! Walopun kena basah, tapi seneng juga lihat ujan sederas itu setelah berbulan-bulan tidak pernah liat. Oke kembali ke tiket fast ferry. Belilah tiket di agen terpercaya. Karena belum tentu semua agen itu jual harga bagus 🙂 Kalo bisa juga jangan beli di pelabuhan langsung, karenaharganya bisa selangit.

Untuk tiket PP, kemarin aku dapat 1 tiket @275ribu. Dapat digunakan kapan saja. Tinggal kapan checkin d pelabuhannya. Ini termasuk harga miring, karena biasanya harga PP Batam Centre-Harbourfront sekitar 400rb an. Rejeki anak solehah hihi

SAM_0504

Nah, selanjutnya, minggu pagi, dari hotel PIH (Pusat Informasi Haji, Hotel nuansa Islami setingkat bintang 2 yang recommend buat keluarga yang mau wisata di Batam). Aku dan Abah berjalan kaki sekitar 500 meter ke arah pelabuhan Batam Centre. Jangan lupa bikin paspor dulu ya, soalnya kamu gak bakalan bisa keluar tanpa paspor.  :p

Sebelum masuk ferry kamu akan melewati bilik Imigrasi; mendapatkan secarik kertas (semacam pengganti visa on arrival mungkin) yang kemudian rada rempong ketika balik ke SG dari Johor, Malaysia (selengkapnya,next chapter).

Gak ada masalah apapun d imigrasi, waktu penyebrangan sekitar 45 menit. Udah berasa Singapura nya ketika dari jauh terlihat gedung-gedung menjulang tinggi di sebuah pulau mungil. Sayangnya, asap memang agak merusak pandangan mata. Sedikit tips, ketika ditanya-tanya di Imigrasi Harbourfront, jangan gugup dan jawab saja apa adanya. Kemarin aku cuma ditanya, “mau ngapain?” “Ya jalan-jalan lah pak.”

worldtradecentre_02

Anyway, Welcome to Singapore!

Ravie de te recontrer, Norma

Belajar bahasa Prancis bukan perkara mudah buatku. Bunyi bahasa Prancis melulu menggunakan tenaga dalam, maksudku tenggorokan 😀 yang membuat orang sepertiku mengerahkan tenaga ekstra hanya untuk berlatih melafalkannya. Maka aku takut jika bertemu orang prancis. Takut kalo mereka tidak mengerti bahasa Inggris (aku pernah membaca sebuah artikel yang bercerita tentang keengganan orang Prancis belajar bahasa Inggris dari zaman Napoleon).

Tapi akhirnya aku dipertemukan juga dengan cewek Prancis beberapa minggu yang lalu. Untungnya, tidak seperti yang kutakutkan, cewek cantik ini sangat fasih berbahasa Inggris… sehingga perkenalan kami menjadi seru karena bisa nyambung 🙂

Kadang menunggu itu menyenangkan juga

Salah satu hal yang sebisa mungkin kuhindari adalah menunggu! Tapi kadang saat terpaksa tak ada pilihan yang lain, apa boleh buat, aku tetap harus menunggu. Siang itu aku sedang menunggu jam terbang selama dua jam ketika aku melihat ada sebuah tempat kosong untuk duduk di pojok ruangan. Aku tersenyum kepada pasangan Bule yang duduk tepat di sebelahku dan sekadar berbasa-basi apakah mereka sedang liburan, dilihat dari tas ala backpacker mereka. Karena si cewek bule menjawab pertanyaanku dengan fasih dalam bahasa Inggris, aku dengan iseng bertanya,”so, where are you come from?” “I and my boyfriend from France,” jawabnya. Sempat melongo sejenak sebelum menguasai diri lagi, akupun mengomentari bahasa Inggrisnya yang fasih untuk ukuran non native speaker (kayak aku, huek 😀 )

4147_1168115482947_7141814_nLalu kami berkenalan…

<— this is Norma
Continue reading

Ramadhan: Keluarga Berformasi Lengkap

Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Dengan segala keistimewaannya, Ramadhan-lah yang membuat keluarga-keluarga muslim di dunia yang biasanya hidup terpisah dapat bersatu kembali. Keluargaku salah satunya…SAM_0316

Thanks, Ramadhan! :*

17-21 Ramadhan: Minggu tersibuk

Minggu ini adalah minggu terberat bagi Ummi, karena menjalani puasa selama 1 minggu sendirian di rumah. Aku pergi ke Jogja, Abah pelatihan di Bogor, sedangkan Adikku, Nuha, masih menjalani program Muhajir Hijrah di Bantul. Saking kesepiannya, Ummi mengundang Mbak Nia (murid Ummi angkatan 2006) yang sama-sama puasa sendirian, untuk menemaninya menginap di rumah. Maaf ya ummi.. ninggalin kerjaan banyak.. tukang cuci piring, baju, buang sampah, teman curhat, off dulu selama minggu ini 😀

Padahal minggu itu termasuk minggu tersibuk selama Ramadhan. Aku harusnya bantuin panitia zakat yang lain di kampung, Nuha ngadain pesantren kilat di SD, Ummi juga ngadain acara pelantikan cabang Muhammadiyah Purin plus pembagian santunan Dhu’afa, plus juga, pengajian akbar dan buka bersama… *buahahaha.. heboh kan acaranya panjang banget.. Continue reading

Kota Cahaya dan Gadis Palestina

Camera 360

How was Madinah?

Madinah dulunya bernama Yatsrib. Namun semenjak kedatangan Rasulullah ke kota ini, beliau merubah namanya dengan sebaik-baik nama; Madinah Al-Munawwaroh… Kota cahaya…

Ahlan wa sahlan bi Madinatil Munawwarah!

Pesawat landing dengan mulus di bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, alhamdulillah. Hanya perlu waktu 1 jam setengah terbang dari Abu dhabi. Suasana padang pasir mulai terasa… ditambah dengan bahasa arab yang terdengar dari sana-sini; pengeras suara, petugas imigrasi bandara, pun beberapa orang yang tengah bercakap-cakap di dekatku.

Bumi para Nabi, Rumah Rasulullah… kami datang!

Continue reading

Abu Dhabi Session One

Camera 360

Alhamdulillah, rombongan kami yang bertujuh belas orang sampai di Bandara Int’l Abu Dhabi jam 9 waktu Abu Dhabi. Abu Dhabi adalah ibukota dari Uni Emirat Arab yang baru-baru ini menjadi terkenal karena film Stars Wars. Tapi sayangnya kunjunganku nggak ada hubungannya dengan film itu. Rombonganku hanya singgah beberapa jam karena pesawat yang kami naiki transit disini. That’s all.

 

Thanks to Penemu Tablet!

Awalnya kukira rombonganku bakalan piknik semacam city tour di Abu Dhabi. Karena dari booklet serba-serbi perjalanan dari agen travel disebutkan bahwa kita akan transit selama 8 jam di Abu Dhabi… OMG! 8 jam tanpa city tour atau kegiatan apapun.. Apa Aku dan rombongan bakalan terlantar selama 8 jam dalam suhu 12 derajat Celcius tanpa persediaan selimut dan bantal? Sigh

Aku dan Nuha adalah rombongan termuda, mayoritas dari rombonganku adalah kakek-kakek dan nenek-nenek. Jadi miris banget deh liat kondisi mereka di bawah suhu AC yang sangat dingin. Kalau tau gini jadinya kan tadi bisa bawa selimut n bantal dari pesawat… ckckck

Untungnya, Nuha tak lupa membawa dua tablet PC dari rumah (itupun abah, umi, aku n nuha masih aja rebutan) plus roll cabel nya. Seperti ACnya yang duingin, wiFi nya pun banter alias super cepat. Setelah itu mari berterima kasih kepada penemu Tablet PC… Setidaknya 8 jam ke depan aku gak bakalan cengok gak ngapa-ngapain. *dan kemudian cari colokan*

Menunggu itu…

1 jam berjalan lambat… banget. Aku paling gak tahan nunggu. Maka dari itu kuputuskan untuk jalan-jalan di sekitar Gate 54 (takut nyasar, soalnya kalo gak salah ada sekitar 100an gate gitu) yang akhirnya aku berhasil menemukan kamar mandi. Lumayanlah bisa mandi air anget dan ganti baju. Tak lupa abis mandi mampir mushola buat sholat dhuha. Pokoknya apa aja yang bisa dilakukan untuk menghabiskan waktu 8 jam.. lakukan! *hss Continue reading

Hello, Abu Dhabi

10

yeah… finally here I come Abu Dhabi…

Tak kusangka, Abu Dhabi-lah negara luar Indonesiya yang pertama kali kukunjungi–karena untuk sampai ke tempat tujuan, semua penumpang pesawat E*** yang terhormat harus transit dulu di Bandara Internasional Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Bandara Internasional Abu Dhabi bisa dibilang adalah rumahnya Etihad Airways. Di setiap sudut dapat dipastikan terdapat logo maskapai Etihad…

Aku baru tau.. ternyata Etihad adalah sponsor club Manchester City *emang dasar buta bola*. 😀

Continue reading

The Excited Nuha

Kalo dipikir-pikir, postingan kali ini lebih kayak iklan daripada cerita.. tapi gapapa deh.. mari dilanjutt

Sebenarnya bukan cuma nuha aja sih yang well-excited dalam penerbangan kedua ini.. tapi aku, umi, bahkan yang udah bolak-balik naik pesawat–Abah-pun juga suka dengan pelayanan dan fasilitas yang tersedia. Sori ya nuuu kamu dikorbankan karena kamulah yang paling katrok di antara kita; baru pertama kali naek pecawat 😀

4 Continue reading

Sebuah Motto Lama yang (AMPUH) Part 1

language is not everything but everything without language is nothing

bahasa bukanlah segalanya tetapi segalanya tanpa bahasa takkan menjadi apa-apa..
keepcalmstudio-com-crown-get-curious-and-learn-languages    Motto di atas adalah motto lama bagian pengembangan bahasa (central language improvements/CLI) dulu di Ma’hadku tercinta. Motto itu nggak muluk-muluk kok. Karena memang begitu adanya. aku membuktikannya ketika untuk pertama kali merasakan udara di luar negeri tercinta lewat kesempatan umrah.

Ceritanya begini. Aku dan keluarga ikut penerbangan tengah malam Etihad Airways menuju Abu Dhabi, UAE. Rombongan umrah kami boarding di terminal 2 bandara Internasional soeta pukul 01.00 WIB. Perbedaan begitu terasa dari pesawat yang kunaiki sebelumnya *gausah sebut merk* waktu memasuki pesawat Etihad melalui garbarata. Sambutan dari Mas-mas dan mbak-mbak pramugari (otomatis bule semua) yang welcoming banget membuat penumpang yang baru masuk merasa nyaman. Begitulah yang kurasa, setidaknya. 😀

Aku, Umi, Nuha dan abah duduk berderetan. Kebetulan seat kami agak di bagian belakang. Oia pesawat ini cukup besar, setidaknya dari informasi yang kubaca di papan depan garbarata, dapat memuat 500 penumpang. Jadi untuk sampai di seat, kami melewati 3 kamar mandi yang membatasi beberapa kabin: satu kabin khusus Diamond class (first class) dan tiga kabin coral economy class (seat ku). Dua kabin terdepan diidominasi oleh mas-mas dan mbak-mbak bule.

Continue reading

Bye-bye Semarang, Hi Jakarta!

12 mei 2014

Seharusnya aku mendokumentasikan perjalanan ini lebih cepat.. tapi tak apa, karena sebagian besar detail memori selama perjalanan umrah masih terekam dengan baik dalam ingatan. Well, cekidot!

 

15.00 wib

Abah mengimami Ummi, Nuha dan aku solat safar di musholla samping rumah. Setelah itu iqamat solat ashar berkumandang kemudian kami menunaikan solat ashar berjamaah. Usai solat, tetangga kami Pak Tri, membuat pengumuman bahwa aku sekeluarga akan berangkat umrah sore ini. Aku dan Ummi saling berpandangan. Oh, pak Tri!

Walhasil, para tetangga yang mendengar pengumuman dari speaker musholla, baik yang berjamaah ashar maupun yang tidak, berdatangan ke rumah untuk melepas keberangkatan kami. Ya ampun, kok kayak orang mau berangkat haji aja.. padahal baru umroh. Hatiku mengembun, sejuk.

Continue reading

Kaliwungu dan Amsterdam

Shomad mengerjapkan matanya, mengumpulkan kesadaran dan melihat sekelilingnya. Oh, dia ingat sekarang. Kursi yang didudukinya bernomor 13 pesawat tujuan Amsterdam, Belanda. Dalam tidurnya yang kurang nyaman dia bermimpi aneh.

Bagaimana tidak aneh jika dalam mimpinya dia sudah tiba di Belanda. Akan tetapi mimpinya tentang Negeri Kincir Angin ini sangat jauh dari harapan. Saat tiba di bandara Schipol, bukan Nona yang menjemputnya tapi ibunya. Masih bingung akan bayangannya tentang Belanda yang sangat berbeda, keduanya memilih untuk menaiki taksi menuju tempat antah berantah.

Bukannya menuju salah satu rumah indah ala Belanda, tetapi (lagi-lagi) tujuannya adalah sebuah perempatan yang hiruk-pikuk. Dia berpikir keras sebelum menyadari bahwa tempat yang penuh dengan pedagang jajanan yang lezat ini adalah perempatan sawahjati. Ibu menatapnya lembut dan menepuk lembut pundak Shomad. Seketika Shomad tersadar dari lamunannya. Aku hanya bermimpi… Continue reading