3 Cara Mencintai <3

Ini hanya salah satu corat-coret yang pernah kutulis, jadi jangan dianggap serius yah 😀

Tiga cara mencintai (yang kutahu)

Yang pertama, dia lugas dan tanpa basa-basi memberi tahu pujaan hatinya bahwa Ia menyukainya. Ia tak pernah berpikir panjang akan akibat dari pengakuannya; bagaimana pertemanan mereka yang sudah dijalin lama dengan baik? Atau hubungan mereka kelak jika tidak berhasil sebagai pasangan nanti. Yang orang pertama ini tahu, pokoknya Aku sepertinya mencintaimu. Kau mau jadi pacarku, kan?

Continue reading

Diary Coklat Ummi

Diary itu berwarna coklat usang. Karena termakan usia, terlihat usang dan warna coklatnya sedikit memudar. Aku menemukannya di usiaku yang ke lima belas, di suatu rak pojok rumah. Diary Coklat Ummi. Diary itu adalah salah satu sumber sejarah yang menceritakan masa kanakku yang indah.

 

13 Desember; Sebuah Awal yang Baru

Ummi, di usianya yang belia (saat itu usianya 21) telah melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu. Padahal Ummi masih kuliah. Tapi dengan telatennya, Ia tuliskan sedikit-demi sedikit fase-fase pertumbuhan si bayi mungil itu… hingga tak terasa empat tahun sudah sejak Ia pertama kali menulis tentang bayi mungilnya…

Mungkin karena kelahiran anak kedua, dan betambahnya waktu mengajar, semakin sulit menemukan waktu luang untuk menulis diary sang balita itu lagi dan adik laki-lakinya.

#Aku suka sekali membawa diary usang itu kemanapun aku pergi; ketika tinggal di Ponorogo bahkan Jogja! Saat menjadi seorang Ummi nanti, aku tidak akan melewatkan masa-masa emas anak-anakku.. Terima kasih ummi…

Sisi Aldi

Aldi Akbar sedang melihat-lihat hasil jepretan kameranya. Ada beberapa objek menarik yang akhir-akhir ini terus Ia ambil. Tiga tahun yang lalu Aldi mulai mengikuti ekstra kulikuler fotografi dan dia adalah salah satu fotografer terbaik di kampus. Entah itu objek hidup maupun mati, di tangannya, gambar yang dibidik seolah bercerita. Seperti satu objek yang tengah dia amati sekarang. Objek inilah inti dari kisah ini, sepertinya.

“Di, masih betah aja sih dari tadi? Aku pulang duluan ya!” Mia, sohibnya yang sama-sama anggota fotografi pamit pulang.

“oke, duluan aja sana!” sahutnya pendek. Selain Mia, sebenarnya ada rendra di ruangan itu, yang sedang tidur nyenyak di pojok base camp. Seharian dia hunting foto di Kaliurang. Pantas saja molor, gumam Aldi pelan.

Saat inilah yang paling Aldi suka. Hanya dia seorang diri menguasai basecamp itu. Aldi menyambungkan kabel usb kameranya ke komputer basecamp. Aktifitas rutinnya tiap malam. Menyortir foto-foto bidikannya ke dalam folder-folder. Tadi pagi dia banyak membidik aktifitas ospek hari pertama ketika dia menemukannya, seorang junior berkerudung merah-yang sekilas terkesan jutek. Aldi pun diam-diam memotret cewek berkerudung merah itu, hampir seharian. Satu kemewahan waktu yang hanya bisa dinikmatinya saat sepi di base camp fotografi. Setelah semua file foto terback-up di komputer, tak terasa dia sudah mengambil foto dari si kerudung merah lebih dari 100 jepretan!

#DoubleA #AsyilaAldi

Pasangan yang “AMAZing!”

Kamis malam lalu aku berkesempatan bertemu dengan sepasang suami istri yang dua-duanya penulis. Mereka menulis novel best-seller bersama.. Yahh siapa hayoo yang belom nonton 99 cahaya di Langit Eropa? Nah suami istri ini pengarang novelnya… Hanum Salsabila Rais & Rangga Almahendra.

walopun sama-sama tinggal di jogja, apalagi kata Pak Rangga, aku cuma tetanggaan aja fakultasnya, tapi namanya ketemu sama orang yang sudah populer tentu sulit 😀

Gimana caranya mendorong diri sendiri untuk maju, pak Rangga?

Jawabannya simpel dan to the point. Jangan hanya bangkit, tapi cepat lakukan!

So mulai dengan apa yang bisa kulakukan.. apapun! *boxing*

IMG_0534Nah, buku yang kupegang itu adalah buku terbaru mereka. Bulan terbelah di langit Amerika, yang akan difilmkan juga 2015 nanti insyaAllah.

Btw, asyik banget ya suami istri bisa sehobi gitu, nulis bareng. Aihh, pengen kayak mereka! :’)

Curhatan Dhiyan

Kusimpulkan, cinta itu bukan masalah usia, tetapi terbiasa menciptakan kenyamanan. Sejak itu, aku lebih baik menjadi senior yang cuek daripada perhatianku disalahartikan lagi.

Kusimpulkan, cinta itu justru sangat mudah muncul dalam persahabatan karena di sanalah sering muncul respon balik pemberian kenyamanan. Bagiku mungkin itu perhatian seorang sahabat, tetapi baginya belum tentu. Oleh karena itu, lebih baik mencegah daripada mengobati kan ya Mak, ya?

Nah, ini dia, jika ada seseorang memberi respon datar kepadamu, itu bukan berarti dia sombong, dia hanya sedang mempertahankan harga dirinya. Toh yang kamu tanya atau diskusikan dengannya tidak terlalu penting, bukan?

Yang namanya kenyamanan tidak memandang siapa yang memberi dan menerima.

Hati-hati mencipta kenyamanan itu, Dear. Maksud kita lain, tetapi maksudnya pun bisa lebih lain. Lebih baik membentengi daripada mengkambingi (eh?). Ya gitulah intinya, Mak.

view full notes at Curhatan Dhiyan

Refresh Ulang

Bukan hanya komputer dan mesin saja yang butuh di refresh ulang, di service, agar fungsinya bisa berjalan dengan baik. Rupanya manusiapun juga perlu di refresh kehidupannya. Allah sang pencipta tahu kebutuhan manusia yang satu ini. Mungkin karena itulah Allah menambahkan bulan Syawal dari sebelas bulan lainnya sebagai bulan yang fitri, suci. Bulan yang di dalamnya terdapat momen untuk saling memaafkan segala kealpaan manusia. Bulan untuk memulai hidup lagi dengan awal yang baru. Start fresh…

Indahnya hamparan permadani hijau itu…

Yang paling kusuka dan kutunggu setelah Ramadhan berakhir adalah melaksanakan Sholat Ied di hamparan rumput. Sholat yang sangat down to earth, menyatu dengan alam… dengan hamparan rumput hijau sebagai tempat untuk bersujud bagaikan sebuah permadani hijau nan luas dan langit biru sebagai atapnya. Manusia berdampingan membentuk shaf yang rapih, berderet-deret menghadap kiblat, menyembah Sang Penciptanya. Ah, satu momen yang langka yang hanya ada saat Idul Fitri, Idul Adha dan Sholat Istisqa’ (Sholat meminta air hujan).

Esensi dari Idul Fitri benar-benar terasa saat melakukan sholat Ied di lapangan terbuka. Continue reading

What a Funny Life

Jika kita bisa menikmati setiap proses yang ada pada hidup kita maka kita tak akan pernah merasa bosan” -anonymous columnist-

Life-has-a-funny-way-of-bringing-you-saying-quotesPertama kali baca quote itu aku gak bisa langsung ngeh apa yang dimaksud oleh sang kolumnis majalah tersebut. Dan setelah bertahun-tahun waktu terlewati sejak itu finally aku agak sedikit paham maksud sang kolumnis–bahwa hidup sederhananya adalah tentang menikmati setiap proses dan tentang melawan rasa bosan ketika menjalaninya…

*saking lolanya mencerna maksud quote itu, aku harus mengalaminya sendiri untuk memahaminya* 😦

Becoming a right person

Sedih sebenernya mengawali tulisan ini dengan kata ‘harusnya’. Tapi memang aku akan sering menggunakan kata itu seterusnya. Seharusnya dari dulu aku menulis rutin. Seharusnya dari dulu aja aku curhat ceplas ceplos dengan Ummi. Seharusnya dari dulu aku gendut. Seharusnya juga dari dulu aku melakukan apapun yang aku suka selama itu masih dalam tahap kewajaran. Ahhh… ‘seharusnya’ yang menyebalkan!

Saat menulis artikel ini umurku 21 tahun 6 bulan 28 hari 22 jam 4 menit. Aku masih enggan menyebut diriku sendiri seorang wanita dewasa. Karena pada dasarnya aku belum merasa bisa mempertanggung jawabkan status kedewasaanku ituh…

dan memang aku masih terlihat seperti aku empat atau lima tahun lalu *sumpah ini gak boong, gak ngarang*. Tadi siang aku bersama keluarga silaturahmi di beberapa rumah sanak saudara. Aku masih aja ditanya gimana sekolahnya di Jawa Timur? Sekarang kelas berapa?
Continue reading

Surat dari Ummi

Saat aku duduk di bangku SMP dan SMA aku sangat akrab dengan dunia korespondensi via pos karena Ummiku. Merantau dari rumah di usia yang masih sangat belia, yang pada waktu itu belum ramai gadget seperti sekarang. Boro-boro gadget, warnet saja sangat jauh dari asrama dan aku tidak diperbolehkan membawa telepon genggam ke dalam asrama. Satu-satunya hiburan dan obat kangen rumahku adalah surat bulanan dari ummi yang dikirim lewat Pos Indonesia…

Puisi-Cinta_RomantisSetiap bulan aku dan ummi saling bertukar surat-sekali kirim bisa beberapa halaman hvs sekaligus 😀 . Seingatku, itulah momen-momen termesra dari hubungan putri dan Ibu antara aku dan ummi…”

Obat rindu..

Hidup ratusan kilometer jauhnya dari orang tua di usia itu memang sangat berat. Ditambah, posturku yang sangat mungil di usia 11 tahun sebenarnya membuat abahku mengurungkan niat untuk mengirimku ke sekolah berasrama. Tapi Akhirnya Abah bisa tabah. Aku pun tinggal, bersekolah dan tumbuh berkembang jauh dari orang tua sejak saat itu..

Alhamdulillah, selama 6 tahun yang berat di sana, aku menyelesaikan pendidikanku di Pesantren Putri Al-Mawaddah, Ponorogo, Jawa Timur.

Apakah selama 6 tahun itu aku melaluinya dengan baik-baik saja? tentu saja tidak… Hanya saja, surat-surat kiriman dari Ummi bisa jadi adalah obat rinduku akan rumah, penenang saat sedih, dan mulai saat itulah aku jadi suka menulis… Karena Ummi selalu menulis surat panjang-panjang, otomatis aku pun tak mau kalah dengan menulis surat yang jauh lebih panjang untuk Ummi. Mungkin karena itulah aku bisa bertahan menikmati ketidakerasananku dan terus bersabar menyelesaikan studiku di Ponorogo.

Kangen surat-suratan

Di tengah dunia serba internet saat ini, aku kangen banget surat-surat konvensional seperti yang Ummi kirim dulu. Lebih bermakna, dan terasa banget pesannya..

Tapi di zaman super canggih dimana sepersekian detik email yang dikirim sudah sampai di tujuan yang berada ribuan kilometer jauhnya di lain benua… Apa masih ada nih orang yang ribet-ribet nulis surat terus mengirimnya via pos?

Ahhh *mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang*

Virus ’20’

20 tahun memang masih terdengar muda, tetapi bagaimana dengan 21 tahun? Apa yang seharusnya dilakukan wanita seumuran itu? Menyelesaikan Kuliah dan lanjut S2? Bekerja? Cari pasangan hidup? Atau bahkan… Menikah? *ups daleeem*

20ans_20Dua tahun yang lalu mungkin aku sempat berpikiran untuk nikah muda. Masih terekam jelas, gedung pusat januari 2012.. cuaca sore itu sangat sejuk dan agak mendung. Aku bersama empat cewek cantik; mbak Ulfa, mbak Hayu, Laely dan Linda rencananya hanya pengen rapat tentang rundown acara try out snmptn bulan depan di tempat paling strategis buat rapat di kampus.
Ujung-ujungnya, karena dimoderatori mbak ulfa yang paling senior di antara kita, topik yang dibahas malahan tentang hasrat ingin menikah cewek umur 20an.. buahahaha, asli, tanpa sadar dialog tentang hasrat ingin menikah itu terus mengalir di sela sela udara sejuk sore itu.. 😀 Continue reading