Gara-gara STP (Singapore Tourist Pass)

backpack.sg_

Dari Harborfront, kami mengikuti penunjuk jalan menuju stasiun bawah tanah MRT. Yang ternyata cuma di bawah pelabuhan aja.

Karena ilmu per google an, Aku tau sedikit informasi tentang STP atau kartu ajaib yg “murah” untuk turis-turis hemat seperti kita. Singapore Tourist Pass. Fungsinya adalah untuk naik semua transportasi publik sepuasnya dalam kurun waktu tertentu sesuai pembelian. Seperti yang tertulis di atas kartu, ada tiga transportasi publik yang bisa diakses dengan STP yaitu bus, MRT dan LRT. Harga kartunya 20$ per orang, berlaku selama 24 jam. Lebih hemat lagi harga @26$ berlaku selama 2×24 jam alias 2 hari.

Perlu diketahui pemirsa, ada sedikit pertengkaran gegara STP ini. Berbekal 50$ singapore, uang di dompetku yang tinggal 10$ lenyap ditelan mesin ticketing karena ketidaktahuanku tentang si STP ini. Wal akhir, abah uring-uringan karena kita gak punya dollar lagi 😀

Setelah menghindari kemarahan Abah, aku menuju palang pintu portal MRT, mendekati bapak-bapak penjaga, yang tersenyum ramah. Lalu aku menceritakan keluh kesahku (yaelah), apakah STP ini langsung bisa digunakan,apakah uang 10$ yang tertelan bisa kembali, kalau bisa gimana caranya, dan naek kereta apa menuju Merlion Park. Bapakitu dengan gamblang menjawab dalam bahasa inggris. Pada dasarnya, harga nominal STP per hari adalah 10$, yang akan dikembalikan 10$ nya ketika kartu dikembalikan di ticket office setiap stasiun, termasuk refund uang yang tertelan itu. Lalu bapak baik hati itu memberiku sebuah peta MRT dan melingkari dengan pulpen merah stasiun Raffles Place. Aku berterimakasih sambil berpamitan, menempelkan STP di palang portal dan masuk. Abah yang mengamati dari jauh akhirnya mendekat.

“Abah bisa masuk juga kan?” Sambil menahan tawa, aku mengangguk pasti.

Tak apalah katrok sementara. Jadi tahu apa yang sebelumnya tak tahu… tanpa uang sepeserpun, kami dengan enjoy menuju China town dan Bugis Street. Setelah sedikit perang dingin. 🙂

SAM_0517  *ini sedikit gambaran suasana di dalam SMRT. Efisien dan selalu ramai peminat.

Changi Airport

Belum sempat Shomad memenjamkan mata untuk tidur, dari sistem audio pesawat sebuah suara merdu mengumumkan dalam dwi bahasa bahwa sebentar lagi pesawat yang tengah dinaiki akan singgah sebentar di negeri seberang: SINGAPURA!

Dia melihat beberapa teman yang beberapa jam yang lalu berkenalan dengannya yang sedang bersiap-siap turun. Seseorang menyapanya dengan logat betawi kental, “Ngga ikutan turun, bang?”
“Boleh turun berapa lama emangnya?” Balas Shomad balik bertanya.
“Tadi mbak pramugari bilang: kita boleh jalan-jalan 2 jam di Singapore,” Lelaki tanggung yang juga Mahasiswa program Master itu menjelaskan dengan ramah. “Ayo, mau jalan bareng, pak?” tawarnya.

“Wah, terima kasih. Kalian duluan saja,” tolak Shomad halus. Setelah keduanya menghilang di pintu pesawat, dia menimbang-nimbang ulang. Sepertinya rugi kalau sudah di Singapura tapi tidak jalan-jalan. At least, keluarlah Shomad untuk sekadar menikmati udara malam Singapura sendirian. Continue reading