Diary Coklat Ummi

Diary itu berwarna coklat usang. Karena termakan usia, terlihat usang dan warna coklatnya sedikit memudar. Aku menemukannya di usiaku yang ke lima belas, di suatu rak pojok rumah. Diary Coklat Ummi. Diary itu adalah salah satu sumber sejarah yang menceritakan masa kanakku yang indah.

 

13 Desember; Sebuah Awal yang Baru

Ummi, di usianya yang belia (saat itu usianya 21) telah melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu. Padahal Ummi masih kuliah. Tapi dengan telatennya, Ia tuliskan sedikit-demi sedikit fase-fase pertumbuhan si bayi mungil itu… hingga tak terasa empat tahun sudah sejak Ia pertama kali menulis tentang bayi mungilnya…

Mungkin karena kelahiran anak kedua, dan betambahnya waktu mengajar, semakin sulit menemukan waktu luang untuk menulis diary sang balita itu lagi dan adik laki-lakinya.

#Aku suka sekali membawa diary usang itu kemanapun aku pergi; ketika tinggal di Ponorogo bahkan Jogja! Saat menjadi seorang Ummi nanti, aku tidak akan melewatkan masa-masa emas anak-anakku.. Terima kasih ummi…

Membangun Sebuah ‘Benteng’

Sebuah kata ‘benteng’ ini muncul karena rasa penasaran kita yang besar dan pertanyaan kenapa. Kenapa begituuu? Kok bisaa?

Ah aku masih bingung harus menjelaskannya secara rinci. Tapi setidaknya hasil dari diskusi kucing kita rabu sore hingga isya’ adalah, yang terpenting adalah terus memperbaiki benteng pertahanan kita masing-masing kan, Di. Agar kita sama-sama terhindarkan dari apa yang telah terjadi dengan salah seorang yang kau sayangi. Sebuah benteng yang melindungi kita dari mara bahaya. InsyaAllah.

Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Karena mungkin hari ini temboknya masih kokoh, tetapi bagaimana jika esok lusa? Suatu hari nanti jika terjadi hal terburuk seperti badai, banjir bandang, ataupun gempa bumi mahadahsyat yang dapat menghancurkan benteng kita.

Mencegah lebih baik dari pada terlanjur kan? Untuk itu, sebelum semua itu terjadi sekarang kita sama-sama paham bahwa benteng itu bukan sebuah bangunan fisik seperti yang kubayangkan sebelumnya. Namun benteng yang ini adalah sebuah pondasi iman yang kokoh-agar saat mengalami saat-saat sulit dalam hidup nanti, kita tak mudah goyah, dan mudah bangkit kembali. Agar kita selalu menyandarkan hati kepada sebaik-baik sandaran: Pencipta kita; Allah.

Refresh Ulang

Bukan hanya komputer dan mesin saja yang butuh di refresh ulang, di service, agar fungsinya bisa berjalan dengan baik. Rupanya manusiapun juga perlu di refresh kehidupannya. Allah sang pencipta tahu kebutuhan manusia yang satu ini. Mungkin karena itulah Allah menambahkan bulan Syawal dari sebelas bulan lainnya sebagai bulan yang fitri, suci. Bulan yang di dalamnya terdapat momen untuk saling memaafkan segala kealpaan manusia. Bulan untuk memulai hidup lagi dengan awal yang baru. Start fresh…

Indahnya hamparan permadani hijau itu…

Yang paling kusuka dan kutunggu setelah Ramadhan berakhir adalah melaksanakan Sholat Ied di hamparan rumput. Sholat yang sangat down to earth, menyatu dengan alam… dengan hamparan rumput hijau sebagai tempat untuk bersujud bagaikan sebuah permadani hijau nan luas dan langit biru sebagai atapnya. Manusia berdampingan membentuk shaf yang rapih, berderet-deret menghadap kiblat, menyembah Sang Penciptanya. Ah, satu momen yang langka yang hanya ada saat Idul Fitri, Idul Adha dan Sholat Istisqa’ (Sholat meminta air hujan).

Esensi dari Idul Fitri benar-benar terasa saat melakukan sholat Ied di lapangan terbuka. Continue reading

Life Quotes From Rantau 1 Muara

“Saya menyangsikan kalimat plesetan ‘takkan lari jodoh dikejar’. Gunung memang tidak akan lari. Tapi jodoh? Dia punya kaki dan keinginan, dia bisa berlari-lari kesana-kemari. kemana dia suka. Bahkan dia bisa hilang, seperti lenyap ditelan bumi. Atau dia jatuh ketangan orang lain”.”

“Inilah masalahnya, berlagak cuek, merasa tidak cocok, tapi terus penasaran.”

“Itulah salah kaprahnya beberapa kalangan. Mereka siap untuk menikah, siap punya anak, tapi tidak disiapkan untuk membesarkan anak. Apa gunanya punya banyak anak, tapi tidak dibesarkan untuk menjadi manusia-manusia yang terbaik dan bermanfaat. (Ustad Fariz)”

Continue reading

That Man

That man…

jika aku lagi nulis sesuatu yang absurd n gak jelas kayak gini, bisa dipastikan detektor galau dalam hatiku emang lagi berkedip-kedip merah. wkwkwk lanjut yah..

Kenapa sih kok akhir-akhir ini tulisanku berubah jadi agak aneh gini? hmmmm.. sebenernya, kalo ditarik mundur ke masa laluku ada benang merahnya sih. Tapi tidak seutuhnya ini tentang aku. Sebagian tentang cerita teman-teman, curhatanku dengan Ummi, dan harapan seorang gadis kecil…

I-dont-like-that-man.-I-must-get-to-know-him-better

Ummi, bagaimana Ummi bisa bertemu laki-laki seperti Abah?

Aku selalu bertanya apapun yang ingin kutanyakan pada Ummi, even about this 😉

Ummi bertemu Abah sejak duduk di bangku SMA saat duduk di kelas 2. Abahku waktu itu sudah menjadi guru di salah satu SMK Negeri di kota. Karena payung organisasi yang sama, mereka pun dapat saling mengenal satu sama lain. Seiring bergulirnya waktu.. secara tak terduga beberapa tahun kemudian Abah datang ke rumah untuk ‘nembung’ Ummi ke kakekku. Yang bingung akhirnya bukan cuma Ummi, tapi Mbak Kapung (Kakekku) pun juga melongo. Pasalnya, laki-laki yang selama ini dikenal dekat dengan Ummi bukanlah Abah. Lalu Ummi pun beristikhoroh memohon petunjuk pada Allah.. Sedangkan, dalam ruang tamu, pembicaraan terus berlanjut. Mbah Kapung ternyata langsung menerima pinangan Abah tanpa persetujuan dari ummi… Continue reading

Virus ’20’

20 tahun memang masih terdengar muda, tetapi bagaimana dengan 21 tahun? Apa yang seharusnya dilakukan wanita seumuran itu? Menyelesaikan Kuliah dan lanjut S2? Bekerja? Cari pasangan hidup? Atau bahkan… Menikah? *ups daleeem*

20ans_20Dua tahun yang lalu mungkin aku sempat berpikiran untuk nikah muda. Masih terekam jelas, gedung pusat januari 2012.. cuaca sore itu sangat sejuk dan agak mendung. Aku bersama empat cewek cantik; mbak Ulfa, mbak Hayu, Laely dan Linda rencananya hanya pengen rapat tentang rundown acara try out snmptn bulan depan di tempat paling strategis buat rapat di kampus.
Ujung-ujungnya, karena dimoderatori mbak ulfa yang paling senior di antara kita, topik yang dibahas malahan tentang hasrat ingin menikah cewek umur 20an.. buahahaha, asli, tanpa sadar dialog tentang hasrat ingin menikah itu terus mengalir di sela sela udara sejuk sore itu.. 😀 Continue reading

Inspirasi dari Air Mata

Ada apa dengan air mataku akhir-akhir ini? Selalu memberontak keluar dengan paksa. Aku hampir tak bisa mengendalikan kedua kelopak mataku untuk menahan mereka turun membasahi kedua pipiku yang sudah sayu…

Tes!

Sekali. Dua kali. Seterusnya mulai berhamburan tak berhenti. Please, berhentilah!

but it does’nt stop.  Continue reading

Air Mata dan… Kecewa

Jendela terlihat mengembun. Gerimis mulai turun membasahi kaca tetes demi tetes. Semakin lama semakin deras. Dan… pandanganku mulai mengabur. Dua sosok yang tengah duduk di hadapanku benar-benar mengabur. Sungguh, tetes demi tetes air mata yang turun ini adalah permohonan maaf ku yang tertunda selama ini. bibir ini terlalu kelu untuk bicara. Rasanya tenggorokanku juga telah dicerabut paksa sehingga tak ada satu kata pun yang bisa kuucapkan saat ini, terutama, ketika gerimis di kedua mataku kian menderas dan tak kunjung berhenti.

 

Aku awalnya tak bermaksud sampai sejauh ini, sungguh. Aku pernah dikecewakan oleh seseorang. Rasa sakitnya masih terasa walau sekian lama telah berlalu. Maka aku tak berniat mengecewakan orang lain seperti apa yang dia lakukan terhadapku. Tetapi, ketika kudapati akhirnya aku mengewakan dua orang yang sangat kukasihi, jiwaku seperti sedang dilolosi sedikit demi sedikit, terjebak di antara dunia nyata dan fantasi. Rasa dikecewakan dulu tak sebesar perihku karena menyadari aku melakukan hal yang sama menyedihkannya. Continue reading

Aku Rupanya Jauh lebih Kecil

Langit Kaliwungu bersinar dengan bersahabat siang ini. Tidak terlalu panas seperti seminggu terakhir. Shomad sesekali menyapa orang yang dikenalnya di jalan kampungnya. Suasana hatinya saat ini amat baik. Dengan menenteng ransel gunung andalannya, dia akan berangkat ke Eropa. Setelah lama bergolak dengan keputusan diri sendiri untuk berangkat atau tidak. Well, akhirnya dia memutuskan untuk berangkat juga. Selama seminggu batinnya bergolak untuk keputusannya saat ini.

Dari Kaliwungu dia naik kereta ekonomi menuju gambir, karena tarifnya yang merakyat sekali: cukup Rp. 28.000 anda sudah akan sampai di Jakarta, tentunya dengan suasana khas kereta ekonomi. Keluar dari stasiun Gambir, dengan bus kota Damri Shomad meluncur ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dia menyaksikan realita kehidupan di ibukota dengan hati miris. Macet dimana-mana. Rumah kumuh di beberapa sudut. Dan panas. Entah sampai kapan Ibukota RI ini bisa sembuh dari penyakit-penyakit kronisnya. Continue reading