Serial Om Shomad yang tertunda

Bagi yang belum kenalan dengan Om shomad, silakan klik di sini dan berkenalan dengannya. Aku berkesempatan menulis cerita Om Shomad sejak dua tahun yang lalu. Waktu itu Ummiku menceritakan dengan sekilas perjalanan hidup sepupu jauhnya yang bernama Shomad. Tentang perjalanan luar biasa si Om melancong ke beberapa negara Eropa.

Tetapi… seiring berjalannya waktu, ternyata oh ternyata, udah gak kerasa tahun ini memasuki bulan ke 28 sejak serial Om Shomad kuterbitkan di blog lamaku. Dan belum kelar sampe sekarang.. *capek deh^

Sori Om Shomad, karena udah jarang nulis intens lagi, serial om jadi berantakan deh…shutterstock_151393892

Kenalan yuk sama Om Shomad

Om Shomad adalah sepupu jauh Ummi ku (Ibuku, red), yang lahir di Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah empat puluh tahunan silam. Beliau adalah mantan TKI produk Korea. Saat ini menjalankan usaha peternakan Ayam di Boja, pasca pensiun dini dari menjadi TKI. Menurutku, yang membuatku tertarik untuk mengabadikan cerita Om Shomad dalam serial adalah keunikan cara Om Shomad untuk bisa melancong ke dataran Eropa, Continue reading

Kaliwungu dan Amsterdam

Shomad mengerjapkan matanya, mengumpulkan kesadaran dan melihat sekelilingnya. Oh, dia ingat sekarang. Kursi yang didudukinya bernomor 13 pesawat tujuan Amsterdam, Belanda. Dalam tidurnya yang kurang nyaman dia bermimpi aneh.

Bagaimana tidak aneh jika dalam mimpinya dia sudah tiba di Belanda. Akan tetapi mimpinya tentang Negeri Kincir Angin ini sangat jauh dari harapan. Saat tiba di bandara Schipol, bukan Nona yang menjemputnya tapi ibunya. Masih bingung akan bayangannya tentang Belanda yang sangat berbeda, keduanya memilih untuk menaiki taksi menuju tempat antah berantah.

Bukannya menuju salah satu rumah indah ala Belanda, tetapi (lagi-lagi) tujuannya adalah sebuah perempatan yang hiruk-pikuk. Dia berpikir keras sebelum menyadari bahwa tempat yang penuh dengan pedagang jajanan yang lezat ini adalah perempatan sawahjati. Ibu menatapnya lembut dan menepuk lembut pundak Shomad. Seketika Shomad tersadar dari lamunannya. Aku hanya bermimpi… Continue reading

Changi Airport

Belum sempat Shomad memenjamkan mata untuk tidur, dari sistem audio pesawat sebuah suara merdu mengumumkan dalam dwi bahasa bahwa sebentar lagi pesawat yang tengah dinaiki akan singgah sebentar di negeri seberang: SINGAPURA!

Dia melihat beberapa teman yang beberapa jam yang lalu berkenalan dengannya yang sedang bersiap-siap turun. Seseorang menyapanya dengan logat betawi kental, “Ngga ikutan turun, bang?”
“Boleh turun berapa lama emangnya?” Balas Shomad balik bertanya.
“Tadi mbak pramugari bilang: kita boleh jalan-jalan 2 jam di Singapore,” Lelaki tanggung yang juga Mahasiswa program Master itu menjelaskan dengan ramah. “Ayo, mau jalan bareng, pak?” tawarnya.

“Wah, terima kasih. Kalian duluan saja,” tolak Shomad halus. Setelah keduanya menghilang di pintu pesawat, dia menimbang-nimbang ulang. Sepertinya rugi kalau sudah di Singapura tapi tidak jalan-jalan. At least, keluarlah Shomad untuk sekadar menikmati udara malam Singapura sendirian. Continue reading

Aku Menunggumu

Langit Rotterdam di awal musim semi sore hari begitu sejuk. Si nona mempercepat langkahnya pulang. Sudah seminggu ini dia menghabiskan waktu di pusat Modelling Dunia, Paris. Saking sibuknya, dia lupa membalas chat terakhir untuk teman baiknya di facebook (Masih inget om shomad, kan?).

Ketika berjalan memasuki rumah, si nona hanya menyapa mamanya dengan pelukan sekilas, tak menghiraukan pertanyaan sang mama: kamu pulang naik apa, sayang?, dan langsungngeloyor masuk kamarnya. Sudah menunggu di sudut kamarnya sebuah komputer yang tengah menyala. Hm, mungkin baru saja dipakai Lily.

Dan setelah berhasil login ke akun facebooknya, nona terpaku menatap pesan terakhir yang dikirimkan oleh om Shomad:
Non, bagaimana harus kukatakan padamu tentang perasanku saat ini? Aku sangat senang sekali jika bisa mengunjungimu dan keluarga nun di Belanda sana. Alangkah bahagianya bisa melanjutkan silaturahmi (pertemanan) kita. Tapi Aku tetap lelaki normal yang sangat malu, karena ingin mengunjungimu, tetapi mengandalkan uangmu. Lalu, apa bedanya Aku dengan lelaki parasit yang hanya bisa memanfaatkan teman yang baru saja dikenalnya? 😥 Continue reading

Om Shomad lagi Galau!

originally @ Kegalauan Om Shomad

Paman masih gelisah. Haruskah dia mengiyakan undangan ke Belanda ini? Tetapi di lubuk hatinya yang paling dalam, sisi kemaskulinannya memberontak. Ah, Aku kan masih bisa kerja? Masa’ Aku dengan gampangnya mau dibayari sama perempuan?
Kilas balik awal perkenalan Paman dan si Nona seperti berputar kembali dalam kepala Paman. Episode itu dimulai ketika paman dengan iseng meng-add Nona belanda itu di facebook dan tanpa menunggu lama si Nona meng-approvesecara to the point. Obrolan ngalor-ngidul diantara mereka yang mengalir apa adanya, saling mencari benang merah yang dapat “menyambungkan” perbedaan keduanya.

30 menit sudah paman hanya memandangi layar hape-nya tanpa mengetik balasan untuk si Nona. Bismillah, paman mulai menulis dalam kegamangan: Non, bagaimana harus kukatakan padamu tentang perasanku saat ini? Aku sangat senang sekali jika bisa mengunjungimu dan keluarga nun di Belanda sana. Alangkah bahagianya bisa melanjutkan silaturahmi (pertemanan) kita. Tapi Aku tetap lelaki normal yang sangat malu, karena ingin mengunjungimu, tetapi mengandalkan uangmu. Lalu, apa bedanya Aku dengan lelaki parasit yang hanya bisa memanfaatkan teman yang baru saja dikenalnya? 😥 (emoticonmenangis) Continue reading

Kejutan dari Negeri Kincir Angin

Ini bukan salah satu kisah tentang penjajahan. Sama sekali bukan. Kisah ini berasal dari cerita pamanku, tentang petualangannya yang tak terduga beberapa waktu lalu di Negeri Kincir Angin selama 3 bulan (kurang lebih).

Pamanku tidak berasal dari golongan terdidik, belum sempat merasakan bangku kuliah, beliau merantau ke Korea untuk mencari nafkah. Seperti bujangan-bujangan lain yang senasib dengannya di kampung halaman.
Kisah ini berawal dari facebook, tak sengaja pamanku berkenalan dengan seorang Nona Belanda yang di-addnya di akun jejaring sosial paling happening di Indonesia: FACEBOOK. Continue reading