Kisah Tania dan Danar

Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Dia membiarkan  dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya…”

Ungkapan di atas adalah salah satu kutipan dari novel favoritku, karangan Tere-Liye. Dalam beberapa hal terdapat beberapa kesamaan cerita antara aku dan tokoh utama, Tania. Tapi yang jelas, Aku tidak secantik dan sepintar Tania 😀

Salah satu hal yang bisa bikin banting novel yang lagi kubaca adalah saat membaca kisah tentang dua orang yang saling mencintai tetapi tidak berakhir dengan happy ending.Yang bikin mak jleb lagi, keduanya sama-sama tidak pernah mengungkapkan perasaannya masing-masing sampai salah satu di antara mereka telah menikah, dengan orang lain pastinya. *nyesek*

Kisah Danar dan Tania inilah salah satunya…

Danar ‘menemukan’ Tania dan adiknya di dalam sebuah mikrolet di Jakarta, saat mereka tengah mengamen. Waktu itu kaki Tania terluka akibat paku. Tania tak punya cukup uang untuk membeli sepasang sandal. Melihat kondisi Tania yang kesakitan menahan paku di kakinya, Danar pun menolongnya. Dia mengobati luka Tania dan membelikannya sepatu baru. Pertemuan itu, selanjutnya, akan merubah hidup Tania selamanya…

img-20130428-01054

Janji-janji kehidupan yang lebih baik untuk Tania

Ayah Tania sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit parah. Karena tidak ada tabungan yang tersisa dan Ibu tidak bekerja, Akhirnya Tania terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan mengamen bersama adiknya. Saat bertemu Danar, Tania masih berumur 10 tahun dan Danar 25 Tahun. Bagaikan seorang malaikat, Danar membawa Tania dan keluarganya menuju kehidupan yang aman dan nyaman dari kerasnya hidup di jalanan, bahkan menyekolahkan Tania dan adiknya. Continue reading

Haruskah Saya Mundur?

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orangtuaku..

Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku semenjak aku masih kecil…

 

Ya Allah, yang Maha Tahu atas segala yang disembunyikan manusia

Bimbinglah aku menuju nur-Mu, Cahaya kebenaran-Mu

Jangan biarkan aku tenggelam dalam kegelapan dan kenistaan

Tunjukannlah untukku jalan yang lurus, jalan bagi orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat

 

Ampuni aku Ya Rabb, karena sudah mengharapkan hal yang tidak sepantasnya kuharapkan, mohon ampuni hamba yang lemah ini.. Maafkan aku yang terlalu mengedepankan perasaan, maafkan aku yang terlalu terhanyut dalam haru-birunya cinta semu, maafkan aku akan khilafku itu…

Jika memang itu cinta, kenapa harus serumit ini?

Jika memang sayang, haruskah menyakiti?

Jika memang mencintai, mengapa tidak menunggu halalnya cinta?

Jika memang tulus, mengapa begini membingungkan?

Dan masih akan ada seribu pertanyaan lagi untuk kisah yang satu ini…

Aku akan mundur, jika memang ini yang terbaik

Aku akan menjadi satu-satunya hal yang tidak bisa dia miliki seutuhnya…

Selamat tinggal, cinta lamaku

Selamat datang, cinta baruku.. Aku siap menyambutmu, seutuhnya.. in LOVE

Serial Om Shomad yang tertunda

Bagi yang belum kenalan dengan Om shomad, silakan klik di sini dan berkenalan dengannya. Aku berkesempatan menulis cerita Om Shomad sejak dua tahun yang lalu. Waktu itu Ummiku menceritakan dengan sekilas perjalanan hidup sepupu jauhnya yang bernama Shomad. Tentang perjalanan luar biasa si Om melancong ke beberapa negara Eropa.

Tetapi… seiring berjalannya waktu, ternyata oh ternyata, udah gak kerasa tahun ini memasuki bulan ke 28 sejak serial Om Shomad kuterbitkan di blog lamaku. Dan belum kelar sampe sekarang.. *capek deh^

Sori Om Shomad, karena udah jarang nulis intens lagi, serial om jadi berantakan deh…shutterstock_151393892

Kenalan yuk sama Om Shomad

Om Shomad adalah sepupu jauh Ummi ku (Ibuku, red), yang lahir di Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah empat puluh tahunan silam. Beliau adalah mantan TKI produk Korea. Saat ini menjalankan usaha peternakan Ayam di Boja, pasca pensiun dini dari menjadi TKI. Menurutku, yang membuatku tertarik untuk mengabadikan cerita Om Shomad dalam serial adalah keunikan cara Om Shomad untuk bisa melancong ke dataran Eropa, Continue reading

Here He Comes (Again)

Marhaban Ya Ramadhan!

Maksud hati ingin memposting sesuatu yang berbau Ramadhan, tapi jari-jariku malah ngelantur mengetik ini… Here he comes (again); (Lagi-lagi) Dia datang. *maksudku bukan datang bulan yang itu lohya*. Judul yang absurd, hihihi… Tapi memang kurang lebih seperti itulah.

Sebelum lanjut, selamat menjalankan ibadah puasa bagi seluruh muslim di segala penjuru dunia, maaf agak telat ya.

Dia dia dia

Pernahkah kamu bingung membedakan antara rasa kagum dan cinta? Pernahkah kamu terlalu lama menunggu untuk memastikan orang yang kamu suka juga membalas rasa suka kita padanya? Pernahkah kamu membayangkan masa depanmu dengan orang yang kamu simpan dalam hati sekian lama? Aku pernah dan inilah poin utama ceritaku tentang dia.

Aku bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu di beranda rumah nenekku. Setelah setahun lamanya ingin bertemu, akhirnya kesampaian juga. Waktu itu, aku masih dalam tahap kagum dengannya. Karena kecerdasannya, kedewasaan perangainya, dan sifatnya yang amat mengayomi sebagai kakak. Ah, tapi tak berani aku berharap banyak. He seems too far away to reach… Continue reading

Tentang Ivan

One of my unforgettable blog’s diaries

Nggak tau kenapa aku pengen nulis sesuatu… padahal aku dah bilang ke diri sendiri agar tidur lebih awal (walaupun besok libur, hehe). Akhirnya kubuka lagi laptopku, dan aku mulai menulis…

Akhir-akhir ini aku selalu tidur di atas jam sewajarnya aku tidur. Biasanya aku terlelap pukul 10, paling malam jam 11. Tapi sudah hampir 1 bulan ini, aku tidur selalu di atas jam 12! Kenapa bisa gitu? Perasaan aku bukan tipe orang yang terlalu ambil pusing karena suatu masalah? Perasaan lagi, aku juga ngga punya masalah penting yang harus kupikirkan sampai aku ngga bisa tidur gitu..?
Tapi sepertinya aq punya suatu ‘masalah’ yang sedang bermain-main di pikiranku, tetapi kuacuhkan. Sesuatu yang mirip candu dalam hati, bukan suatu masalah yang berat, tapi aku masih kabur untuk menyebutnya apa?

Hmm, coba tebak, mungkin kamu tau aku kenapa? Continue reading

Thousand Years Lyric ~Married Scene

Nah kalo lagu ini diputer, pas banget buat dicocokin sama salah satu scene-nya Breaking Dawn part I, waktu Bella Swan jalan di altar menuju Edward Cullen. Aaaaaaaa, co cweeeeeeeeeeet 😀

let’s cover it 😉

112811-twilight-dress-340

Heart beat fast

Colors and promises
How to brave
How can I love when I’m afraid
To fall
But watching you stand alone
All of my doubts
Suddenly goes away somehow
One step closer

I have died everyday
Waiting for you
Darling dont be afraid
I have loved you
For a thousand years
I’ll love u for a thousand more

Time stand still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What standing in front of me
Every breathe, every hour has come to this
One step closer

I have died everyday
Waiting for you
Darling dont be afraid
I have loved you
For a thousand years
I’ll love u for a thousand more Continue reading

Opening of Asyila and aldi, Eifel Story

eiffeltowertall(now)

Asyila terus memandangi pemandangan di sekelilingnya dengan takjub. Dia berdiri di bawah keanggunan menara Eifel, Paris, pada malam hari. Mimpinya terasa terlalu nyata. Mimpi yang kenyataan ini baru disadarinya ketika tanpa sengaja seseorang menabraknya dari belakang. Orang itu terjatuh dan mengaduh, Syila pun jatuh terjerembab tak jauh darinya. “Aduh, hati-hati donk kalo jalan-jalan syel!”

“Emmm, bos? Maaf aku bener-bener gak ngeliat bos di belakang.. sakit ya?” Syila membantu orang yang disebutnya “bos” itu berdiri. “It’s okay, I’m fine, kamu juga gapapa kan?” tanya si bos. Syila tetap merasa tak enak dan masih meminta maaf. “Aku ngga papa.. Maaf bos, celana bos jadi kotor gitu.. “

“Enggak apa kok syel, santai aja. Baru pertama kali kesini?”

“Iya bos. Apa aku kelihatan banget ya kalo baru pertama kali kesini?”

“Udah tergambar jelas tuh dari ekspresimu”. Syila tersipu mengulum senyum. Orang yang disebut “bos” juga ikut tersenyum melihat Syila yang tersipu malu. “Enjoy this beautiful city dear, mau jalan bareng?” tawarnya. Continue reading

Kaliwungu dan Amsterdam

Shomad mengerjapkan matanya, mengumpulkan kesadaran dan melihat sekelilingnya. Oh, dia ingat sekarang. Kursi yang didudukinya bernomor 13 pesawat tujuan Amsterdam, Belanda. Dalam tidurnya yang kurang nyaman dia bermimpi aneh.

Bagaimana tidak aneh jika dalam mimpinya dia sudah tiba di Belanda. Akan tetapi mimpinya tentang Negeri Kincir Angin ini sangat jauh dari harapan. Saat tiba di bandara Schipol, bukan Nona yang menjemputnya tapi ibunya. Masih bingung akan bayangannya tentang Belanda yang sangat berbeda, keduanya memilih untuk menaiki taksi menuju tempat antah berantah.

Bukannya menuju salah satu rumah indah ala Belanda, tetapi (lagi-lagi) tujuannya adalah sebuah perempatan yang hiruk-pikuk. Dia berpikir keras sebelum menyadari bahwa tempat yang penuh dengan pedagang jajanan yang lezat ini adalah perempatan sawahjati. Ibu menatapnya lembut dan menepuk lembut pundak Shomad. Seketika Shomad tersadar dari lamunannya. Aku hanya bermimpi… Continue reading

Air Mata dan… Kecewa

Jendela terlihat mengembun. Gerimis mulai turun membasahi kaca tetes demi tetes. Semakin lama semakin deras. Dan… pandanganku mulai mengabur. Dua sosok yang tengah duduk di hadapanku benar-benar mengabur. Sungguh, tetes demi tetes air mata yang turun ini adalah permohonan maaf ku yang tertunda selama ini. bibir ini terlalu kelu untuk bicara. Rasanya tenggorokanku juga telah dicerabut paksa sehingga tak ada satu kata pun yang bisa kuucapkan saat ini, terutama, ketika gerimis di kedua mataku kian menderas dan tak kunjung berhenti.

 

Aku awalnya tak bermaksud sampai sejauh ini, sungguh. Aku pernah dikecewakan oleh seseorang. Rasa sakitnya masih terasa walau sekian lama telah berlalu. Maka aku tak berniat mengecewakan orang lain seperti apa yang dia lakukan terhadapku. Tetapi, ketika kudapati akhirnya aku mengewakan dua orang yang sangat kukasihi, jiwaku seperti sedang dilolosi sedikit demi sedikit, terjebak di antara dunia nyata dan fantasi. Rasa dikecewakan dulu tak sebesar perihku karena menyadari aku melakukan hal yang sama menyedihkannya. Continue reading

Changi Airport

Belum sempat Shomad memenjamkan mata untuk tidur, dari sistem audio pesawat sebuah suara merdu mengumumkan dalam dwi bahasa bahwa sebentar lagi pesawat yang tengah dinaiki akan singgah sebentar di negeri seberang: SINGAPURA!

Dia melihat beberapa teman yang beberapa jam yang lalu berkenalan dengannya yang sedang bersiap-siap turun. Seseorang menyapanya dengan logat betawi kental, “Ngga ikutan turun, bang?”
“Boleh turun berapa lama emangnya?” Balas Shomad balik bertanya.
“Tadi mbak pramugari bilang: kita boleh jalan-jalan 2 jam di Singapore,” Lelaki tanggung yang juga Mahasiswa program Master itu menjelaskan dengan ramah. “Ayo, mau jalan bareng, pak?” tawarnya.

“Wah, terima kasih. Kalian duluan saja,” tolak Shomad halus. Setelah keduanya menghilang di pintu pesawat, dia menimbang-nimbang ulang. Sepertinya rugi kalau sudah di Singapura tapi tidak jalan-jalan. At least, keluarlah Shomad untuk sekadar menikmati udara malam Singapura sendirian. Continue reading