Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya…”
Ungkapan di atas adalah salah satu kutipan dari novel favoritku, karangan Tere-Liye. Dalam beberapa hal terdapat beberapa kesamaan cerita antara aku dan tokoh utama, Tania. Tapi yang jelas, Aku tidak secantik dan sepintar Tania 😀
Salah satu hal yang bisa bikin banting novel yang lagi kubaca adalah saat membaca kisah tentang dua orang yang saling mencintai tetapi tidak berakhir dengan happy ending.Yang bikin mak jleb lagi, keduanya sama-sama tidak pernah mengungkapkan perasaannya masing-masing sampai salah satu di antara mereka telah menikah, dengan orang lain pastinya. *nyesek*
Kisah Danar dan Tania inilah salah satunya…
Danar ‘menemukan’ Tania dan adiknya di dalam sebuah mikrolet di Jakarta, saat mereka tengah mengamen. Waktu itu kaki Tania terluka akibat paku. Tania tak punya cukup uang untuk membeli sepasang sandal. Melihat kondisi Tania yang kesakitan menahan paku di kakinya, Danar pun menolongnya. Dia mengobati luka Tania dan membelikannya sepatu baru. Pertemuan itu, selanjutnya, akan merubah hidup Tania selamanya…
Janji-janji kehidupan yang lebih baik untuk Tania
Ayah Tania sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit parah. Karena tidak ada tabungan yang tersisa dan Ibu tidak bekerja, Akhirnya Tania terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan mengamen bersama adiknya. Saat bertemu Danar, Tania masih berumur 10 tahun dan Danar 25 Tahun. Bagaikan seorang malaikat, Danar membawa Tania dan keluarganya menuju kehidupan yang aman dan nyaman dari kerasnya hidup di jalanan, bahkan menyekolahkan Tania dan adiknya. Continue reading