Happy Ied Mubarak!

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H.

Taqabbalallu minna waminkum, Taqabbal Yaa Karim..

Maafkan segala kekhilafan, terutama segala sesuatu yang sudah kucorat-coret di halaman-halaman blog ini, jika menyinggung hati pemirsah, maafkan yah.. Let’s start from zero, start fresh!

Finally, happy Ied Mubarak to All Moslems all over the world!

ProductiveMuslim-Eid-Mubarak-1435-2014-600

What a Funny Life

Jika kita bisa menikmati setiap proses yang ada pada hidup kita maka kita tak akan pernah merasa bosan” -anonymous columnist-

Life-has-a-funny-way-of-bringing-you-saying-quotesPertama kali baca quote itu aku gak bisa langsung ngeh apa yang dimaksud oleh sang kolumnis majalah tersebut. Dan setelah bertahun-tahun waktu terlewati sejak itu finally aku agak sedikit paham maksud sang kolumnis–bahwa hidup sederhananya adalah tentang menikmati setiap proses dan tentang melawan rasa bosan ketika menjalaninya…

*saking lolanya mencerna maksud quote itu, aku harus mengalaminya sendiri untuk memahaminya* 😦

Becoming a right person

Sedih sebenernya mengawali tulisan ini dengan kata ‘harusnya’. Tapi memang aku akan sering menggunakan kata itu seterusnya. Seharusnya dari dulu aku menulis rutin. Seharusnya dari dulu aja aku curhat ceplas ceplos dengan Ummi. Seharusnya dari dulu aku gendut. Seharusnya juga dari dulu aku melakukan apapun yang aku suka selama itu masih dalam tahap kewajaran. Ahhh… ‘seharusnya’ yang menyebalkan!

Saat menulis artikel ini umurku 21 tahun 6 bulan 28 hari 22 jam 4 menit. Aku masih enggan menyebut diriku sendiri seorang wanita dewasa. Karena pada dasarnya aku belum merasa bisa mempertanggung jawabkan status kedewasaanku ituh…

dan memang aku masih terlihat seperti aku empat atau lima tahun lalu *sumpah ini gak boong, gak ngarang*. Tadi siang aku bersama keluarga silaturahmi di beberapa rumah sanak saudara. Aku masih aja ditanya gimana sekolahnya di Jawa Timur? Sekarang kelas berapa?
Continue reading

Surat dari Ummi

Saat aku duduk di bangku SMP dan SMA aku sangat akrab dengan dunia korespondensi via pos karena Ummiku. Merantau dari rumah di usia yang masih sangat belia, yang pada waktu itu belum ramai gadget seperti sekarang. Boro-boro gadget, warnet saja sangat jauh dari asrama dan aku tidak diperbolehkan membawa telepon genggam ke dalam asrama. Satu-satunya hiburan dan obat kangen rumahku adalah surat bulanan dari ummi yang dikirim lewat Pos Indonesia…

Puisi-Cinta_RomantisSetiap bulan aku dan ummi saling bertukar surat-sekali kirim bisa beberapa halaman hvs sekaligus 😀 . Seingatku, itulah momen-momen termesra dari hubungan putri dan Ibu antara aku dan ummi…”

Obat rindu..

Hidup ratusan kilometer jauhnya dari orang tua di usia itu memang sangat berat. Ditambah, posturku yang sangat mungil di usia 11 tahun sebenarnya membuat abahku mengurungkan niat untuk mengirimku ke sekolah berasrama. Tapi Akhirnya Abah bisa tabah. Aku pun tinggal, bersekolah dan tumbuh berkembang jauh dari orang tua sejak saat itu..

Alhamdulillah, selama 6 tahun yang berat di sana, aku menyelesaikan pendidikanku di Pesantren Putri Al-Mawaddah, Ponorogo, Jawa Timur.

Apakah selama 6 tahun itu aku melaluinya dengan baik-baik saja? tentu saja tidak… Hanya saja, surat-surat kiriman dari Ummi bisa jadi adalah obat rinduku akan rumah, penenang saat sedih, dan mulai saat itulah aku jadi suka menulis… Karena Ummi selalu menulis surat panjang-panjang, otomatis aku pun tak mau kalah dengan menulis surat yang jauh lebih panjang untuk Ummi. Mungkin karena itulah aku bisa bertahan menikmati ketidakerasananku dan terus bersabar menyelesaikan studiku di Ponorogo.

Kangen surat-suratan

Di tengah dunia serba internet saat ini, aku kangen banget surat-surat konvensional seperti yang Ummi kirim dulu. Lebih bermakna, dan terasa banget pesannya..

Tapi di zaman super canggih dimana sepersekian detik email yang dikirim sudah sampai di tujuan yang berada ribuan kilometer jauhnya di lain benua… Apa masih ada nih orang yang ribet-ribet nulis surat terus mengirimnya via pos?

Ahhh *mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang*

Fearless

There’s somethin’ ’bout the way
The street looks when it’s just rained
There’s a glow off the pavement
you walk me to the car
And you know I wanna ask you to dance right there
In the middle of the parking lot

We’re drivin’ down the road
I wonder if you know
I’m tryin’ so hard not to get caught up now
But you’re just so cool
Run your hands through your hair
Absent mindedly makin’ me want you

And I don’t know how it gets better than this
You take my hand and drag me head first
Fearless
And I don’t know why but with you I’d dance in a storm in my best dress
Fearless

So baby drive slow
’til we run out of road in this one horse town
I wanna stay right here in this passenger’s seat
You put your eyes on me
In this moment now capture it, remember it

Cause I don’t know how it gets better than this
You take my hand and drag me head first
Fearless
And I don’t know why but with you I’d dance in a storm in my best dress
Fearless

Well you stood there with me in the doorway
My hands shake
I’m not usually this way but
You pull me in and I’m a little more brave
It’s the first kiss,
It’s flawless,
Really something,
It’s fearless.

Oh yeah
Cause’ I don’t know how it gets better than this
You take my hand and drag me head first
Fearless
And I don’t know why but with you I’d dance in a storm in my best dress
Fearless

Cuz I don’t know how it gets better than this
You take my hand and drag me head first
Fearless
And I don’t know why but with you I’d dance in a storm in my best dress
Fearless

Oh-oh
Oh yeah

Fearless, Taylor Swift

Mesin Cuci Bernama Ramadhan

mesin_cuciSalah satu oleh-oleh cerita dari perjalanan umrahku adalah tentang kisah hajar aswad. FYI, hajar aswad adalah sebongkah batu yang berasal dari langit. Konon katanya, hajar aswad dahulu kala berwarna putih bersih dan bersinar… kemudian warna putihnya memudar sampai menjadi hitam karena dosa-dosa anak manusia.
*Begitu banyaknya dosa manusia yah, sampe segitunya..*

Manusia dan Dosa
Ada sebuah hadis yang masih kuingat sampai detik ini yang bunyinya, “Kullu bani Adam khatho’un wa khoirul Khatho’iina at-tawwabiina.”

Yang artinya: setiap anak Adam (manusia) pasti punya kesalahan (berdosa) namun sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat…”

Dari hadis shohih di atas, aku jadi tahu sebuah clue penting bahwa semulia dan sebaik apapun manusia pasti punya kesalahan ato dosa minimal barang sebiji zarrah (sebutir jagung). *Ya Alloh, aku memang banyak dosaaa, faghfirliii.. faghfirlii dzunubiii*
Momen bulan ini adalah momen paling potensial untuk menghapus dosa-dosa itu. Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka, dan pintu taubatpun juga terbuka lebar dalam Ramadhan ini, kutipan dari kultum Ustad.

Kalo diibaratin nih, selama hitungan hijriyyah ada 12 bulan yang manusia lalui… dalam setahun penuh itu sewaktu manusia berbuat banyak kesalahan dan dosa, Allah pun tidak membiarkan manusia berlumur dosa begitu saja. Manusia diberi kesempatan untuk membersihkan dosa-dosanya dalam bulan penuh kasih sayang ini, yang bernama Ramadhan.

Selama satu bulan penuh, dosa-dosa manusia selama setahun yang menumpuk bagai cucian bisa dibersihkan melalui mesin cuci Ramadhan…

Terima kasih atas segala rahmat dan kasih sayang-Mu Ya Allah…
Dan mari bersama-sama kita ucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin, semoga kita termasuk dari orang-orang yang mendapat ampunan dan rahmat-Nya, Amiin…

Ramadhan: Keluarga Berformasi Lengkap

Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Dengan segala keistimewaannya, Ramadhan-lah yang membuat keluarga-keluarga muslim di dunia yang biasanya hidup terpisah dapat bersatu kembali. Keluargaku salah satunya…SAM_0316

Thanks, Ramadhan! :*

17-21 Ramadhan: Minggu tersibuk

Minggu ini adalah minggu terberat bagi Ummi, karena menjalani puasa selama 1 minggu sendirian di rumah. Aku pergi ke Jogja, Abah pelatihan di Bogor, sedangkan Adikku, Nuha, masih menjalani program Muhajir Hijrah di Bantul. Saking kesepiannya, Ummi mengundang Mbak Nia (murid Ummi angkatan 2006) yang sama-sama puasa sendirian, untuk menemaninya menginap di rumah. Maaf ya ummi.. ninggalin kerjaan banyak.. tukang cuci piring, baju, buang sampah, teman curhat, off dulu selama minggu ini 😀

Padahal minggu itu termasuk minggu tersibuk selama Ramadhan. Aku harusnya bantuin panitia zakat yang lain di kampung, Nuha ngadain pesantren kilat di SD, Ummi juga ngadain acara pelantikan cabang Muhammadiyah Purin plus pembagian santunan Dhu’afa, plus juga, pengajian akbar dan buka bersama… *buahahaha.. heboh kan acaranya panjang banget.. Continue reading

Haruskah Saya Mundur?

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orangtuaku..

Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku semenjak aku masih kecil…

 

Ya Allah, yang Maha Tahu atas segala yang disembunyikan manusia

Bimbinglah aku menuju nur-Mu, Cahaya kebenaran-Mu

Jangan biarkan aku tenggelam dalam kegelapan dan kenistaan

Tunjukannlah untukku jalan yang lurus, jalan bagi orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat

 

Ampuni aku Ya Rabb, karena sudah mengharapkan hal yang tidak sepantasnya kuharapkan, mohon ampuni hamba yang lemah ini.. Maafkan aku yang terlalu mengedepankan perasaan, maafkan aku yang terlalu terhanyut dalam haru-birunya cinta semu, maafkan aku akan khilafku itu…

Jika memang itu cinta, kenapa harus serumit ini?

Jika memang sayang, haruskah menyakiti?

Jika memang mencintai, mengapa tidak menunggu halalnya cinta?

Jika memang tulus, mengapa begini membingungkan?

Dan masih akan ada seribu pertanyaan lagi untuk kisah yang satu ini…

Aku akan mundur, jika memang ini yang terbaik

Aku akan menjadi satu-satunya hal yang tidak bisa dia miliki seutuhnya…

Selamat tinggal, cinta lamaku

Selamat datang, cinta baruku.. Aku siap menyambutmu, seutuhnya.. in LOVE

Nuansa Surgawi

Beberapa minggu yang lalu, sebelum menginjakkan kaki di tanah Arab, aku tak pernah membayangkan akan tinggal hanya 150 meter jauhnya dari Masjid Nabawi. Masjid madani. Masjid tanda peradaban Muslim pertama di dunia. Masjid Rasulullah. Air mataku menetes satu-satu ketika melangkahkan kaki dari hotel menuju Masjid Nabawi, sambil menghirup napas dalam-dalam, merasakan setiap detik momen itu…

Pasar Masjid

Aku menginap di hotel Mubarok Al-Masi, hanya satu blok sampai ke gerbang Masjid sisi kanan pojok. Dari hotel menuju masjid, aku melewati pasar dadakan di sepanjang blok, membujur panjang para penjual parfum, kerudung, Al-qur’an, dan lain-lain… Yang paling membuat hati miris, masih ada saja pengemis-pengemis diantara para pedagang Masjid itu di Kota semakmur Madinah.

Indonesia, murah.. murah.. Khamsa riyal, lima riyal..

Teriakan-teriakan berbahasa arab bercampur aduk dengan teriakan pedagang yang mencoba berbahasa Indonesia. Waktu itu masuk pertengahan bulan rajab, yang artinya jumlah pengunjung dari tanah air sedang tinggi-tingginya. Para pedagangpun menawarkan dagangannya dengan sedikit bahasa indonesia agar terdengar familiar di telinga orang kita.

Nuansa Surgawi

Satu hal yang sangat kuingat dari cerita Mbah Mun, Abah atau Ummi tentang masjid Nabawi adalah tentang secuil taman dari Surga di dalam masjid yang bernama Raudhah. Aku sangat ingin mengerjakan sholat di sana. Tetapi perlu satu judul khusus untuk membahas Raudhah ini. Karena cara masuknya sangat antre dan membutuhkan kesabaran ekstra. Untuk jamaah perempuan tidak setiap waktu bisa mengunjungi Raudhah. Peminat Raudhah sangat tinggi karena dikenal sebagai tempat yang mustajab (do’a akan terkabul jika kita berdo’a di Raudhah). Karena antrean itulah jamaah umrah rombonganku baru bisa memasuki Raudhah keesokan harinya. Alhamdulillah kami berkesempatan mengerjakan beberapa rakaat shola Dhuha di sana…

Satu hal yang membuat setiap orang yang mengunjungi masjid nabawi bersemangat untuk melaksanakan jamaah sholat yaitu karena semua orang terlihat berlomba-lomba pergi ke masjid sebelum waktunya, masjid selalu ramai diisi oleh orang yang beribadah… benar-benar kental akan nuansa surgawi. Bacaan surat dalam sholat di Masjid Nabawi pun panjang-panjang, membuat sholatku semakin tuma’ninah.

Zam-zam di setiap sudut

Tak perlu takut kehausan selama di dalam masjid Nabawi karena banyak terdapat galon-galon air zamzam hampir di setiap penjuru masjid.Tak perlu repot juga membawa botol karena memang telah disediakan pula fasilitas untuk minum-gelas plastik dari kerajaan saudi Arabia. Pokoknya, selama di sana, kita bisa fokus ibadah.. Ibadah.. dan hanya ibadah sepuasnya!

Ya Allah, terimalah ibadah kami…

Masa Kecil yang (sangat) Bahagia

Setiap orang punya versi masing-masing tentang bahagia. Begitupun aku. Masa kecilku menurutku sangat bahagia, karena aku pada saat itu belum mengenal benda-benda masa kini semacam handphone, komputer, tablet pc, games online, internet dan teman-temannya. Kenapa begitu? Kerena masa kecilku akan terasa hampa jika hanya kuhabiskan bermain dengan benda-benda itu. Karena pada dasarnya, sekarang, benda-benda itulah yang selalu berputar di sekelilingku. Terkadang, terlalu menganggu…

Cah Kaliwungu

Aku belum terlalu cocok untuk disebut anak kota, tetapi juga tidak memper untuk dipanggil cah ndeso #ngeles haha. Tetapi syukurlah, walopun ortu akhirnya berpindah dari villa mertua indah menuju tempat yang sedikit lebih kota (kenyataannya jauh lebih sepi dibanding Kaliwungu), aku sudah dibiasakan berbahasa jawa sejak belia. Kalo kata ummi sih, biar nggak jadi kacang yang lupa sama kulitnya. Bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari, bisa nanti-nanti. Apalagi bahasa Inggris, SD pun aku sudah mempelajarinya. Karena darah Jawa mengalir dari kedua garis Ayah dan Ibu–Abah asli Magelang dan Ummi berasal dari Kaliwungu, belajar tutur bahasa jawa sangat penting, terutama untuk mempererat silaturahmi dalam keluarga besar.

Pada 5 tahun pertama pernikahan Abah dan Ummi masih menumpang di Villa Mertua Indah di Kaliwungu, yang kemudian membuatku tumbuh berkembang semasa golden age (1-5 tahun) dan 8-11 tahun di sana. Karena itulah aku tidak punya banyak teman di sekitar Kendal (rumah ortu yang sekarang). SMP dan SMA kuhabiskan waktuku belajar di Jawa Timur. Teman-teman masa kecilku, otomatis, cuma cah Kaliwungu dan sekitarnya saja… Continue reading

Heart is just a companion

Sometimes, when a heart broke it seems the whole world just ignore it

Loneliness makes me ill

Makes me even more sad

Makes me produce more tears

How could I continue to live like that

I must be strong

Because my heart is just my companion..

Oh God

Spare me please…

Jagalah hati, jangan kau kotori

jagalah hati, cahaya Ilahi

Jagalah hati, jangan kau nodai

Jagalah hati, lentera hidup ini…. -Snada-